Senadadengan Hendry, Kepala Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Disparpora Bukittinggi, April, mengatakan bahwa pihaknya tengah mempersiapkan sejumlah agenda guna menarik minat wisatawan. Di TEMPOCO, Jakarta - Sutan Takdir Alisjahbana kerap pula ditulis dengan inisial STA, merupakan budayawan, sastrawan, ahli tata bahasa Indonesia, sekaligus salah satu pendiri Universitas Nasional Jakarta. Lahir 11 Februari 1908 di Mandailing Natal, Sumatera Utara, STA tutup usia pada 31 Juli 1993, di umur 85 tahun. Sosok STA mengawali pendidikan di bangku Sekolah Dasar HIS Bengkulu. GelarSultan menurutnya berasal dari perbincangan warga Kota Bukittinggi yang penasaran dengan sponsor utama PSKB saat berhasil melaju menjadi Juara Liga 3 Sumbar. "Banyak yang menyangka Sultan adalah nama saya, sebenarnya itu nama anak ke-dua saya dan kebetulan memang saya sedikit membantu PSKB selaku manajer," kata dia. Bukittinggi Scientia — Pemerintah Kota (Pemko) Bukittinggi mengikuti rapat koordinasi nasional bergerak bersama untuk percepatan penurunan stunting secara daring di Kantor Balai Kota, Bukit Gulai Bancah, Senin (23/8/2021). Rapat tersebut dihadiri Wali Kota Bukittinggi Erman Safar, yang diwakili Wakil Wali Kota, Marfendi dan turut mendampingi Kepala Dinas Kesehatan serta Kepala Dinas Kominfo. Bukittinggidi Sumatera Barat berupaya mengembangkan tempat wisata yang ada, salah satunya dengan menggelar aneka festival. Strategi Bukittinggi Kembangkan Pariwisata, Gelar Festival. 05/08/2022, 21:07 WIB. Bagikan: Komentar . Lihat Foto Jam Gadang di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat (Dok. Pemkot Bukittinggi) UjangSutan Rajo Angek. Jl. Sari Kelana No. 1 Jakarta Tenggara, 090921 " Demikianlah si Ujang, bergelar Sutan Rajo Angek mencantumkan signaturenya pada tiap emailnya. Setelah menikah, si Ujang dengan bangganya memperkenalkan dirinya dengan namanya yang baru. Ujang Sutan Rajo Angek. Ada tambahan gelar "Sutan" di belakang namanya, Sutan Rajo Angek. SetelahMenikahi Sheila Dara, Vidi Aldiano dapat Gelar Sutan Sari Alam dari Bukittinggi Vidi Aldiano mendapat gelar kehormatan Sutan Sari Alam dari Bukittinggi setelah resmi menikah dengan Sheila Dara, Sabtu, 15 Januari. Vidi mendapat gelar kehormatan adat Minang karena masih memiliki darah keturunan Minang dari sang ibunda, Besbarini. Published BUKITTINGGI METRO-Belasan wartawan dari Bukittinggi Press Club (BPC) melakukan acara syukuran bersama pengusaha Andi "Sultan" asal Kota Bukittinggi Sumbar dengan cara berbagi menu takjil dan berbuka bersama, Selasa (26/4).Acara syukuran digelar setelah BPC me­nempati kantor kesekretariatan baru yang bertepatan dengan bulan suci Ramadhan tahun 1443 H ini. LanudSutan Sjahrir Gelar Karya Bakti Pengecatan Ulang Monumen Pesawat RI-003 - Berita - TNI Angkatan Udara. Sekilas sejarah pesawat Avro Anson RI-003 ini dibeli dari hasil sumbangan kaum ibu (amai-amai) di Bukittinggi pada saat itu. Kaum ibu ini tergerak meyumbangkan emas yang dikenakannya atas ajakan Bung Hatta pada Bulan September 1947 pOuhkMM. Kemerdekaan Indonesia tidak begitu saja terwujud, tentu diwarnai perjuangan hingga pertumpahan darah rakyat Indonesia. Mereka harus menghadapi penangkapan hingga pengasingan di pelosok daerah, bahkan kerap kali dipindahkan dari satu pulau ke pulau lainnya hingga satu daerah yang pernah menjadi tempat pengasingan adalah Banda Neira. Pulau kaya rempah di Provinsi Maluku yang menyimpan keindahan alam bak kepingan surga. Di sini pula terdapat jejak kolonial Belanda dan saksi bisu perjuangan pahlawan Indonesia. Beberapa pahlawan kemerdekaan Indonesia pernah diasingkan di Banda Neira. Siapa saja mereka? Simak selengkapnya berikut ini, ya!1. Sutan Syahrirpotret Sutan Syahrir Sutan Syahrir lahir pada 5 Maret 1909 di Padang Panjang, Sumatra Barat. Ia berasal dari keluarga terpandang, ayahnya, Mohammad Rasad gelar Maharaja Soetan bin Soetan Leman gelar Soetan Palindih, merupakan penasihat Sultan Deli dan kepala jaksa saat pemerintahan kolonial Belanda. Ibunya, Puti Siti Rabiah, berasal dari Koto Gadang, Agam, Sumatra mengenyam pendidikan setara sekolah dasar di Europeesche Lagere School ELS. Kemudian, masuk Meer Uitgebreid Lager Onderwijs MULO , setara dengan SMP. Pada masa inilah, ia mulai banyak membaca buku-buku berbahasa asing terbitan Eropa dan karya sastra dari luar. Selepas menyelesaikan pendidikan di MULO, ia hijrah ke Bandung dan melanjutkan sekolah di Algemeene Middelbare School AMS, sekolah termahal dan terbaik di Bandung kala mengenyam pendidikan di AMS, ia menjadi siswa terbaik dan masih tekun membaca buku-buku terbitan Eropa. Ia mengikuti klub kesenian dan aktif dalam klub debat. Hebatnya lagi, ia mendirikan Tjahja Volksuniversiteit Cahaya Universitas Rakyat untuk anak-anak buta huruf dari keluarga kurang berorganisasi semasa sekolah menjadi salah satu bekalnya untuk menjajaki dunia politik. Ia menjadi penggagas Jong Indonesië Himpunan Pemuda Nasionalis yang berdiri pada 20 Februari 1927. Ia kerap berurusan dengan aparat, karena mengkritik pemerintahan kolonial saat lulus dari AMS, ia kuliah di Fakultas Hukum, Universitas Amsterdam, Belanda. Di sana, ia mempelajari teori-teori sosialisme dan cenderung radikal terhadap hal-hal berbau kapitalisme. Di Belanda pula ia menjadi bagian Perhimpunan Indonesia PI yang dipimpin Mohammad Hatta. Keduanya menyerukan pergerakan menuju kemerdekaan memilih berhenti kuliah pada 1931, setelah semangat pergerakan di Indonesia menurun akibat pengawasan ketat oleh kolonial Belanda. Sutan Syahrir bergabung dengan Partai Nasional Indonesia PNI Baru dan menjadi ketua pada PNI Baru di bawah komando Sutan Syahrir dan Bung Hatta dianggap radikal, yang membuat keduanya ditangkap dan dipenjarakan oleh pemerintah kolonial Belanda. Mereka diasingkan ke Boven Digoel dan diasingkan kembali di Banda Neira, Maluku Tengah selama 6 tahun. "Jangan mati sebelum ke Banda Neira," menjadi kalimat Sutan Syahrir yang dikenang hingga saat Jepang mengakui kekalahan pada sekutu, Sutan Syahrir sempat mendesak Soekarno-Hatta untuk mendeklarasikan kemerdekaan, tapi ditolak. Pasca kemerdekaan Indonesia, Sutan Syahrir menjabat sebagai Perdana Menteri pertama Republik Indonesia. Ia juga dikenal sebagai perancang dari perubahan kabinet presidensil menjadi parlementer di Mohammad Hattapotret Mohammad Hatta Mohammad Hatta bernama asli Muhammad Athar berasal dari keluarga ulama lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat, pada 12 Agustus 1902. Ia merupakan Wakil Presiden Indonesia pertama yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia, Menteri Pertahanan, dan Menteri Luar Negeri Hatta menempuh pendidikan dasar di Sekolah Melayu, Bukittinggi. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan di ELS dan MULO di Padang. Pada 1919, ia pergi ke Batavia untuk melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School. Selama di Batavia, ia tergabung dalam Jong Sumatranen Bond 1921, Bung Hatta pergi ke Rotterdam, Belanda untuk belajar Ilmu Perdagangan dan Bisnis di Nederland Handelshogeschool yang kini bernama Erasmus Universiteit. Di sana, ia bergabung dalam Perhimpunan Hindia yang kemudian berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia dan tinggal sekitar 11 Bung Hatta dari Belanda, ia menolak masuk kalangan Sosialis Merdeka dan dituduh kurang konsisten. Pada 1934, Ia diasingkan ke Boven Digul bersama Sutan Syahrir selama setahun. Kemudian, dipindahkan ke Banda Neira, lalu ke Sukabumi. Baca Juga 5 Fakta Banda Neira, Nyaris Ditukar dengan Manhattan, New York! 3. Cipto Mangunkusumopotret Cipto Mangunkusumo Mangunkusumo lahir pada 4 Maret 1886 di Pecangaan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Ia merupakan putra sulung Mangunkusumo, priayi yang merakyat di tanah Jawa. Ia lulusan School tot Opleiding van Inlandsche Artsen Stovia, sekolah kedokteran di Batavia sekarang Jakarta. Pada 1905, ia menjadi dokter pemerintah. Kemudian, ia ditugaskan ke Demak dan kerap menolong rakyat miskin dan mendapat julukan “dokter rakyat”. Cipto Mangunkusumo berjasa memberantas penyakit pes di Malang, Jawa Timur pada melebarkan sayap ke pergerakan politik untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Cipto Mangunkusumo bersama Douwes Dekker dan Soewandi Soerjaningrat mendirikan Indische Partij. Kemudian, mereka dikenal sebagai tiga partai tersebut tidak berjalan lama, lalu mendirikan Komite Bumiputera. Bumiputera menuliskan artikel-artikel yang mengajak rakyat Indonesia tidak perlu ikut merayakan kemerdekaan Belanda. Cipto Mangunkusumo menjadi anggota Volksraad yang dibangun Belanda pada 1918. Ia menyadari bahwa lembaga tersebut hanya mempertahankan kejayaan Belanda. Sehingga, Belanda mendapat banyak diasingkan ke Bandung pada 1920 dan bertemu dengan anak-anak muda revolusioner. Pada 1927, Cipto Mangunkusumo diasingkan ke Banda Neira, karena dituduh ikut serta dalam pemberontakan. Selama 13 tahun hidup di Banda Neira, ia lalu dipindahkan ke Makassar dan selanjutnya ke Sukabumi. 4. Iwa Kusumasumantripotret Iwa Kusumasumantri of Information of IndonesiaIwa Kusumasumantri merupakan putra sulung Raden Wiramantri, Kepala Sekolah Rendah di Ciamis. Ia lahir di Ciamis, Jawa Barat, pada 30 Mei mengenyam pendidikan di Eerste Klasse School Sekolah Kelas Satu Ciamis, sekolah khusus pribumi dari kalangan orang berada dengan penghasilan tertentu. Kemudian, ia meneruskan ke Hollandsch Inlandsche School HIS, sekolah dasar berpengantar bahasa 1915, Iwa Kusumasumantri melanjutkan sekolah di Opleidingschool voor Inlandsche Ambtenaren OSVIA di Bandung. Karena tidak sesuai hati nuraninya, di keluar dari OSVIA dan masuk ke Recht School, Sekolah Menengah Hukum di aktif di organisasi pemuda Tri Koro Darmo yang kemudian berganti nama Jong Java. Ia bekerja di kantor Pengadilan Negeri Bandung. Kemudian dipindah ke Pengadilan Tinggi Raad van Justitie di Surabaya. Baru dua bulan, ia meminta pindah ke Jakarta untuk dapat belajar di Kusumasumantri melanjutkan pendidikan di Fakultas Hukum, Universitas Leiden, Belanda, menggunakan biaya sendiri. Selama kuliah, ia aktif dalam pergerakan nasional melalui organisasi mahasiswa Indonesia di Kusumasumantri kembali ke tanah air setelah pemberontakan PKI pada 1926-1927. Ia menjadi anggota PNI dan sebagai pengacara di Jakarta bersama Mr. Sartono. Ia juga menjadi pemimpin surat kabar di Medan bernama Mata Hari yang progresif revolusioner dalam politik dianggap membahayakan pemerintah kolonial Belanda. Pada 1929, ia ditangkap dan dipenjara di Medan selama setahun. Kemudian, dipindah ke Glodok dan Struis-Wyck di Kusumasumantri bersama keluarganya diasingkan ke Banda Neira. Selama pengasingan, ia menulis buku masih berupa naskah berjudul Nabi Muhammad dan Empat Khalifah. Hal ini merupakan bukti jiwa das sikap 1941, ia dipindah ke Makassar dan sempat menjadi Kepala Pengadilan Makassar. Tidak berselang lama, ia beserta keluarga kembali ke Jawa. Iwa Kusumasumantri menjadi Menteri Sosial dan Perburuhan pada Kabinet Republik Indonesia Pertama. Selama masa pengasingan, keempat tokoh tersebut mendirikan sekolah untuk anak-anak Banda Neira. Hal tersebut juga sebagai bentuk perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia. Kegiatan belajar mengajar berangsung di salah satu rumah pengasingan yang masih bisa kamu jumpai saat ini. Baca Juga 4 Rumah Pengasingan di Banda Neira, Saksi Sejarah Indonesia IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.